Asysyariah
Asysyariah

amalan yang bermanfaat pada masa wabah (2)

5 tahun yang lalu
baca 10 menit
Amalan yang Bermanfaat Pada Masa Wabah (2)

Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.

Pada artikel yang lalu, telah disebutkan amalan-amalan yang apabila kita lakukan dengan ikhlas dan diniatkan melaksanakan sunnah (ajaran) Nabi shallallahu alaihi wa sallam, memiliki keutamaan-keutamaan tertentu, seperti menutup bejana makanan dan wadah air minum dengan membaca “bismillah”, menutup pintu dengan membaca “bismillah”, mematikan api penerangan dengan membaca “bismillah”, membaca doa setiap keluar rumah, membaca doa ketika singgah, dan membaca dua ayat terakhir dari surah al-Baqarah pada malam hari.

Secara khusus, sebagian amalan tersebut bisa menjadi ikhtiar mencegah wabah penyakit. Demikian pula secara umum sebagian amalan yang lain adalah sebab mendapatkan perlindungan dari segala mudarat, termasuk penyakit dan wabah. Silakan dibaca kembali:

Bagian 8: Amalan yang Bermanfaat Pada Masa Wabah (1)

Pada artikel kali ini, kita akan meneruskan pembahasan sebelumnya.

  1. Tidak bernapas atau meniup-niup makanan atau minuman.

  • Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا شَرِبَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَتَنَفَّسْ فِي الْإِنَاءِ

“Jika salah seorang di antara kalian minum, janganlah dia mengembuskan napasnya di dalam bejana (gelas dan yang semisalnya).(HR. al-Bukhari no. 153, dari sahabat Abu Qatadah radhiyallahu anhu)

  • Sahabat Abu Qatadah radhiyallahu anhu mengatakan bahwa,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يُتَنَفَّسَ فِي الْإِنَاءِ

“Nabi melarang mengembuskan napas di dalam bejana (ketika minum).” (HR. Muslim no. 267)

  • Sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma mengatakan bahwa,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يُتَنَفَّسَ فِي الْإِنَاءِ أَوْ يُنْفَخَ فِيهِ

“Nabi melarang bernapas di dalam bejana (ketika minum) atau meniupnya. (HR. at-Tirmidzi no. 1888. Hadits ini dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi no. 1888)

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan sebab larangan tersebut,

لِأَنَّ الْإِنْسَانَ إِذَا نَفَخَ رُبَّمَا يَحْصُلُ مِنَ الْهَوَاءِ الَّذِي يَخْرُجُ مِنْهُ أَشْيَاءُ مُؤْذِيَةٌ أَوْ ضَارَّةٌ كَمَرَضٍ وَنَحْوِهِ، فَلِهَذَا نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ النَّفْخِ فِيهِ

“Sebab (larangan bernapas dalam bejana dan meniupnya) adalah apabila seseorang meniup (ke dalam bejana), terkadang tiupan yang diembuskan akan menghasilkan zat-zat yang menimbulkan gangguan dan memudaratkan, seperti penyakit atau yang semisalnya. Oleh karena itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang perbuatan meniup ke dalam bejana.” (Syarah Riyadhush Shalihin 1/855)

An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa larangan bernapas dalam hadits di atas adalah apabila seorang bernapas di dalam bejana (ketika minum). (Lihat Riyadush Shalihin 1/417)

Adapun hadits yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah minum dengan bernapas, an-Nawawi menjelaskan bahwa maksudnya adalah bernapas di luar bejana. (Lihat Riyadush Shalihin 1/416)

Apabila minuman tersebut panas, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin memberikan solusi,

Yang lebih utama adalah tidak meniupnya (minuman) walaupun panas. Apabila kondisi (minuman) panas dan dia memiliki wadah (gelas) yang lain (yang kosong), hendaknya dia menuangkannya ke gelas (yang kosong) tersebut, lalu dia mengulanginya (dituangkan ke gelas yang petama, dst.) hingga minuman tersebut menjadi lebih dingin.” (Syarah Riyadhush Shalihin 1/855)

Baca juga:

Bagian 1: Hanya kepada Allah Kita Berserah Diri

Bagian 2: Di Antara Sebab Wabah & Musibah Adalah Dosa & Maksiat

Bagian 3: Bencana Bukan Akibat Dosa?

Bagian 4: Pentingnya Doa dalam Menghadapi Wabah Penyakit

 

  1. Pentingnya menyebut nama Allah sebelum makan dan ketika masuk rumah

  • Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ: لَا مَبِيتَ لَكُمْ وَلَا عَشَاءَ. وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ. وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ

Jika seseorang menyebut nama Allah ketika hendak masuk rumahnya dan ketika hendak makan, setan berkata, Kalian (wahai para setan) tidak bisa menginap dan tidak bisa ikut makan!

Jika seseorang tidak menyebut nama Allah ketika hendak masuk rumahnya, setan berkata, Kalian (wahai para setan) bisa masuk dan bisa menginap.

Jika seseorang tidak menyebut nama Allah sewaktu hendak makan, setan berkata, Kalian bisa menginap dan makan malam.” (HR. Muslim no. 2018, dari sahabat Jabir bin Abdilah radhiyallahu anhu)

  • Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَسْتَحِلُّ الطَّعَامَ أَنْ لَا يُذْكَرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ

Sesungguhnya setan bisa ikut serta memakan hidangan yang tidak disebut nama Allah (ketika akan memakannya).” (HR. Muslim no. 2017, dari sahabat Hudzaifah radhiyallahu anhu)

  • Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ: بِسْمِ اللَّهِ؛ فَإِنْ نَسِيَ فِي أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ: بِسْمِ اللَّهِ فِي أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ

“Apabila salah seorang di antara kalian hendak makan, ucapkanlah ‘bismillah’. Jika kalian lupa membacanya di awal (sebelum makan), hendaknya (ketika ingat) mengucapkan ‘bismillahi fii awwalihi wa aakhirihi’.” (HR. at-Tirmidzi no. 1858 dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu anha. Hadits ini dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi no. 1858)

Dalam hadits-hadits di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membimbing umatnya untuk menyebut nama Allah (mengucapkan “bismillah”) setiap hendak makan atau minum.

Betapa pentingnya ucapan tersebut, sampai-sampai beliau menyebutkan bahwa ketika seseorang tidak membaca “bismillah” sebelum makan, menyebabkan setan bisa turut serta dalam kegiatan makan dan minumnya.

Ath-Thibi rahimahullah menegaskan, “Seolah-olah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memaksudkan bahwa tidak membaca ‘bismillah’ ketika akan makan (atau minum) merupakan pemberian izin dari Allah kepada setan untuk ikut serta (dalam makan atau minum). Sebaliknya, bacaan “bismillah” adalah (dinding penghalang) dari Allah yang akan mencegah setan bisa ikut serta (dalam makan atau minum). (al-Kasyif ‘an Haqaiq as-Sunan 9/2838)

At-Turibisyti menjelaskan bahwa di antara makna يَسْتَحِلُّ الطَّعَامَ adalah setan mendapatkan kesempatan untuk menghilangkan berkah makanan, dengan sebab (seorang) tidak membaca “bismillah” ketika akan makan. (al-Kasyif ‘an Haqaiq as-Sunan 9/2838)

Apabila seorang lupa membaca “bismillah” di awal, kemudian saat tengah menyantap makanan dia teringat; hendaklah membaca “BISMILLAHI FII AWWALIHI WA AAKHIRIHI” (dengan menyebut nama Allah pada awal dan akhirnya).

Tersebar di tengah-tengah kaum muslimin hadits yang menyebutkan tentang kisah seseorang yang tidak membaca “bismillah” sehingga setan ikut makan bersamanya. Kemudian, sebelum suapan terakhir, dia ingat dan membaca doa sehingga mengakibatkan setan memuntahkan apa yang ada di perutnya. Namun, hadits yang menyebutkan kisah setan yang muntah ini dinilai dha’if (lemah) oleh Syaikh al-Albani dalam Dha’if Abi Dawud (no. 3768).

Pertanyaan: Bolehkah seseorang memulai makan tanpa membaca basmalah secara sengaja sehingga setan turut serta makan bersama, kemudian ketika sedang makan dia membaca basmalah sehingga setan memuntahkan makanan tadi? Hal ini hanya bertujuan untuk mempermainkan setan.

Simak jawabannya di sini.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga membimbing kita ketika masuk rumah agar menyebut nama Allah (mengucapkan “bismillah”) supaya setan tidak bisa ikut bermalam di rumah kita.

Baca pula:

Bagian 5: Memperbanyak Doa Meminta Perlindungan dari Segala Penyakit

Bagian 6: Wirid Rutin Harian Sebagai Perlindungan dari Penyakit

Bagian 7: Doa-Doa Ketika Tertimpa Kesempitan dan Kesedihan

Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.

Dari pembahasan ringkas di atas, kita bisa mengambil kesimpulan betapa pentingnya membaca “bismillah” ketika akan makan atau minum. Semoga dengan kita mengamalkan bimbingan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tersebut, makanan yang kita makan menjadi berkah dan sebagai nutrisi supaya jasmani kita sehat dan imunitas kita meningkat sehingga bisa menangkal penyakit, biidznillah, termasuk virus Corona.

  1. Mengucapkan salam ketika masuk rumah.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga golongan yang mereka seluruhnya berada dalam jaminan Allah, (di antaranya),

وَرَجُلٌ دَخَلَ بَيْتَهُ بِسَلَامٍ فَهُوَ ضَامِنٌ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

Seseorang masuk ke rumahnya dengan mengucapkan salam, maka ia berada dalam jaminan Allah.”

(HR. Abu Dawud no. 2494 dari sahabat Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu anhu. Hadits ini dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Abi Dawud no. 2494 dan Syaikh Muqbil dalam ash-Shahih al-Musnad Mimma Laisa fi ash-Shahihain jilid 1 hlm. 414 no. 486)

An-Nawawi menjelaskan makna “berada dalam jaminan Allah”,

“Maksudnya, orang tersebut dalam penjagaan Allah. Betapa agungnya pemberian (balasan) ini. Ya Allah, berilah kami rezeki (taufik) untuk mendapatkannya (mendapatkan penjagaan dari Allah).” (al-Adzkar hlm. 24)

Dalam hadits di atas, Nabi shallallahu alaihi wa sallam membimbing umatnya untuk mengucapkan salam ketika masuk rumah. Bahkan, orang yang mengamalkannya akan mendapatkan jaminan dari Allah berupa penjagaan-Nya.

Apabila dipadukan dengan pembahasan sebelumnya, berarti ketika seseorang masuk rumah, hendaknya mengucapkan “bismillah” dan mengucapkan salam (misalnya, “assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh”). (Lihat al-Adzkar hlm. 23)

Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.

Semoga dengan kita mengamalkan bimbingan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di atas, menjadi sebab kita mendapatkan penjagaan dan perlindungan dari Allah dari godaan setan dan segala macam kemudaratan.

  1. Membacakan doa perlindungan untuk anak-anak kecil

    Sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَوِّذُ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ يَقُولُ: أُعِيذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ.

وَيَقُولُ: هَكَذَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يُعَوِّذُ إِسْحَاقَ وَإِسْمَاعِيلَ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ

“Nabi shallallahu alaihi wa sallam membacakan doa memohon perlindungan terhadap al-Hasan dan al-Husain (keduanya adalah cucu beliau). Beliau membacakan,

أُعِيذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ

U ‘II DZUKUMAA BIKALIMAATILLAAHIT TAAMMATI MIN KULLI SYAITHAANIN WA HAAMMATIN WA MIN KULLI ‘AININ LAAMMATIN

“Aku memohon perlindungan kepada Allah untuk kalian berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari setiap kejahatan setan dan binatang yang mengganggu, dan dari setiap mata yang hasad (dengki).”

Kemudian, beliau bersabda, “Demikianlah (dahulu) ayah kalian, Nabi Ibrahim, juga membacakan doa memohon perlindungan untuk putra beliau, Ismail dan Ishaq alaihimussalam.” (HR. at-Tirmidzi no. 2060. Hadits ini dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi no. 2060)

Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah menjelaskan bahwa ketika seseorang mengamalkan hadits di atas, dia boleh mengganti dhamir (kata ganti) untuk menyesuaikan. (Lihat Nur ‘Ala ad-Darb: Kaifiyyah Wiqayah ath-Thifl Min al-‘Ain)

Untuk memudahkan, bisa digunakan dhamir yang umum, yaitu  كُمْ (kalian), sehingga bacaannya menjadi,

أُعِيذُكُمْ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ

U ‘II DZUKUM BIKALIMAATILLAAHIT TAAMMATI MIN KULLI SYAITHAANIN WA HAAMMATIN WA MIN KULLI ‘AININ LAAMMATIN

Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.

Semoga dengan kita mengamalkan hadits ini, Allah memberikan kepada anak-anak kita perlindungan dari setan dan binatang yang mengganggu atau berbisa (memiliki racun).

  1. Menahan anak-anak untuk tetap di rumah ketika magrib

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,

إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ، أَوْ أَمْسَيْتُمْ، فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ؛ فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ، وَأَغْلِقُوا الْأَبْوَابَ، وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ؛ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا

Jika malam baru menjelang atau kalian memasuki awal waktu malam (magrib), tahanlah anak-anak kecil kalian (agar tidak keluar rumah). Sebab, saat itu para setan berkeliaran. Apabila telah berlalu beberapa saat, barulah kalian boleh membiarkan mereka (keluar).  Tutuplah pintu-pintu dan sebutlah nama Allah (mengucapkan ‘bismillah’). Sungguh, setan tidak akan mampu membuka pintu yang ditutup.” (HR. al-Bukhari no. 3304 dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu)

Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membimbing kita semua, terkhusus para orang tua, agar menahan anak-anak kita di dalam rumah sewaktu magrib. Apabila anak-anak masih bermain di luar rumah, hendaklah diperintahkan untuk masuk ke dalam rumah.

Ibnul Jauzi rahimahullah menyatakan bahwa apabila anak-anak kecil berkeliaran di luar rumah pada waktu tersebut, dikhawatirkan mereka akan mendapat gangguan dari setan. Padahal, anak-anak kecil pada umumnya belum dapat berzikir (secara mandiri) supaya bisa membentengi diri mereka sendiri dari setan. (Fathul Bari, 6/411)

Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan kita dalam mengamalkan bimbingan Nabi shallallahu alaihi wasallam dengan ikhlas. Semoga dengan sebab itu, Allah subhanahu wa ta’ala memberikan kita perlindungan dari gangguan setan dan berbagai kemudaratan, termasuk dari penyakit.

 

Ditulis oleh Ustadz Abu Ismail Arif