Asysyariah
Asysyariah

agar wanita tidak diperdaya

5 tahun yang lalu
baca 8 menit
Agar Wanita Tidak Diperdaya

Wanita ikutan jadi kontestan pilkada? Kampanye keliling ke mana-mana, tanpa malu-malu tampil di depan para lelaki dan posternya dipasang di mana-mana. Ah… sudah biasa, tidak aneh di zaman modern ini? Jangankan jadi kepala daerah, bupati, atau gubernur, jabatan presiden juga pernah diduduki oleh seorang wanita.

Wanita keluar rumah tanpa menutup aurat, bercampur baur dengan para lelaki, kerja bersisian, tidak jarang berduaan. Apa yang diherankan? Semuanya sudah dianggap lazim sebagai tuntutan zaman “kemajuan”.

Belum lagi kontes ratu-ratuan yang menjadikan wanita sebagai objek pemuas mata lelaki, tidak terhitung macam ragamnya, mulai tingkat daerah, nasional, hingga internasional. Berlomba-lomba putri-putri kita (baca: muslimah) yang jelita untuk ikut dalam ajang pamer kebagusan wanita tersebut. Kok ribut? Itu kan biasa.

Lalu, banggakah kita dengan pencapaian yang diperoleh wanita? Terkagum-kagumkah kita dengan “kesuksesan” yang diraih kaum wanita? Kemajuankah ini atau malah keterpurukan dan kehinaan?

Pernahkah kita menyadari bahwa segala upaya mengeluarkan wanita dari “istana”nya, dari hijab yang syar’i dan dari rasa malu adalah bagian dari makar jahat yang terselubung dari orang-orang kafir, dalam hal ini Yahudi dan Nasrani? Makar busuk terhadap Islam dan pemeluknya. Bagaimana bisa demikian? Allah subhanahu wata’ala telah memperingatkan,

وَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ ٱلۡيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمۡۗ

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha/senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (al-Baqarah: 120)

Mahabenar Allah subhanahu wata’ala dengan firman-Nya. Betapa Yahudi dan Nasrani terus melancarkan permusuhannya kepada kaum muslimin dan berusaha menarik kaum muslimin sekuat-kuatnya agar mengikuti agama mereka.

Dilancarkanlah gerakan pemurtadan, mulai dari cara yang paling kasar sampai cara yang halus. Bila usaha permurtadan tidak berhasil, mereka tidak berputus asa.

Ditempuhlah upaya-upaya pendangkalan akidah dan akhlak generasi muslim. Dilancarkan ghazwul fikri (perang pemikiran) di tengah kaum muslimin, bahwa mengikuti orang kafir adalah kemajuan, sementara tetap bertahan dengan aturan agama adalah kemunduran, kolot, dan terbelakang.

Ketika upaya-upaya “kriminal” yang mereka lakukan ini berhasil, tidak perlu kaum muslimin keluar dari Islam lalu beragama dengan agama mereka. Cukuplah prestasi gemilang mereka raih manakala bermunculan individu-individu kaum muslimin yang kosong dari roh Islam, tidak tersisa Islam kecuali sekadar nama, simbol, dan pengakuan. Hanya Allah subhanahu wata’ala saja yang dimintai pertolongan-Nya dalam menghadapi seluruh makar musuh-musuh-Nya….

Apabila sudah demikian keadaan kaum muslimin, ujung-ujungnya bisa saja terjadi tragedi seperti di Bosnia, pembantaian kaum muslimin yang sudah minder dengan agamanya. Ya Allah, kami memohon keselamatan dari kejahatan musuh agama-Mu!

Demikianlah ahlul batil dari kalangan orang-orang kafir ataupun orang-orang yang membebek kepada mereka, ingin selalu menyesatkan manusia dan memalingkan mereka dari agama Allah subhanahu wata’ala. Orang yang mau memperhatikan dan merenungi keadaan kebanyakan kaum muslimin pada hari ini, ia akan melihat betapa mereka telah banyak berpaling dari aturan agama dan mengikuti yang selainnya.

Sungguh benar Rasulullah shallahu ‘alaihai wasallam tatkala mengabarkan,

لَتَتَّبِعَنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ سَلَكُوْا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوْهُ. قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، الْيَهُوْدُ وَالنَّصَارَى؟ قَالَ: فَمَنْ؟

“Sungguh, kalian akan mengikuti jalan-jalan orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai-sampai andai orang sebelum kalian masuk ke lubang dhabb[1] niscaya kalian akan ikut masuk. Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah umat terdahulu itu Yahudi dan Nasrani? Rasul menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata, “Sungguh, Yahudi terus-menerus melakukan upaya untuk merusak akhlak dan akidah kaum muslimin. Orang-orang Yahudi punya ambisi terhadap negeri-negeri kaum muslimin dan selain mereka. Mereka mempunyai beragam makar yang sebagiannya sudah mereka capai. Mereka terus-menerus melakukan upaya dengan getol untuk mewujudkan rencana yang tersisa.

Sebagaimana mereka memerangi kaum muslimin dengan kekuatan dan senjata serta menguasai sebagian tanah kaum muslimin, mereka juga memerangi kaum muslimin dalam hal pemikiran dan keyakinan. Karena itulah, mereka menyebarkan di tengah kaum muslimin kepercayaan, mazhab, dan aliran-aliran yang batil.” (Majalah al-Jami’ah al-Islamiyah, 59 Tahun 1403 H)

Musuh-musuh Islam mencari cara untuk menyebarkan kerusakan di tengah masyarakat kaum muslimin. Mereka mendapati wanita sebagai alat paling ampuh untuk mendukung rencana perusakan mereka. Mereka mendapati; baiknya wanita merupakan kebaikan bagi masyarakatnya, dan sebaliknya rusaknya wanita berarti rusaknya masyarakat. (al-Mar’ah Baina Takrimil Islam wad Da’awat Tahrir, hlm. 18)

Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Abdil Aziz bin Muhammad alusy Syaikh hafizhahullah, Menteri Urusan Keislaman, Wakaf, Dakwah, dan Bimbingan Kerajaan Saudi Arabia, mengatakan, “Allah subhanahu wata’ala memuliakan Bani Adam dengan beragam pemuliaan. Di antaranya yang paling agung adalah syariat-Nya untuk mereka dalam permasalahan akidah/keyakinan dan hukum-hukum yang akan memperbaiki keadaan mereka, serta meluruskan mereka dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.

Di antara sejumlah pemuliaan tersebut adalah urusan yang berkaitan dengan wanita, yang syariat datang memberitahukan kadarnya, berlaku adil kepadanya, serta menjelaskan hak, kewajiban, dan tugas-tugasnya. Urusan ini telah sempurna dan mencapai puncaknya dalam ajaran yang dibawa oleh manusia utusan Allah subhanahu wata’ala, nabi dan kekasih-Nya, Muhammad shallahu ‘alaihi wasallam.

Agama Islam telah demikian sempurna memberikan pemuliaan kepada wanita, menjelaskan hak-haknya dalam masalah harta, dan apa saja yang harus dilakukan agar wanita terjaga. Islam membawa syariat yang sesuai bagi setiap jenis (lelaki dan perempuan) dan menyamakan keduanya dalam urusan yang memang harus sama, sembari tetap memperhatikan perbedaan yang ada sesuai dengan hikmah yang dikandunginya.

Namun, ada saja orang-orang yang punya tujuan dan keinginan macam-macam. Mereka enggan kecuali keluar dari manhaj yang syar’i dan bersikap tidak peduli terhadap perbedaan antara lelaki dan perempuan. Mereka ingin menceburkan wanita ke tempat kebinasaan dan berakibat buruk di dunia dan di akhirat.

Ajakan kepada wanita untuk menerjuni tempat-tempat tersebut dilakukan dengan propaganda yang lahiriahnya rahmat, kasih sayang, dan semangat untuk memberikan kebaikan kepada wanita dan terpenuhinya hak-hak mereka. Propaganda tersebut dikemas dalam tema/isu yang dapat menipu orang yang tidak memiliki pandangan lurus dan akal yang kokoh.

Propaganda tersebut mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan merupakan penyesatan terhadap umat. Sekali waktu dia datang atas nama “kebebasan wanita”, pada waktu lain dengan bertajuk “keadilan terhadap wanita”. Kadang dimunculkan dengan slogan mengoptimalkan potensi wanita, demikian seterusnya.

Propaganda yang beragam dengan isu yang berbeda, tetapi terangkum dalam satu tujuan, yaitu mengeluarkan wanita dari manhaj yang syar’i serta membawa wanita pada kerendahan, kehinaan, dan fitnah.

Propaganda yang buruk ini telah sukses dijalankan di pelbagai belahan bumi. Tidaklah aneh apabila propaganda semacam ini laris di masyarakat nonmuslim yang memang kaum wanita terinjak kehormatannya dan tidak beroleh banyak haknya.[2]

Yang aneh justru apabila sebagian muslimah yang dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah subhanahu wata’ala dan hikmah yang dibawa Rasulullah Muhammad shallahu ‘alahi wasallam, dan mereka bisa menikmati terpenuhinya hak-hak mereka serta keistimewaan lain yang dibawa oleh Islam, justru ikut termakan oleh propaganda yang sepertinya manis, tetapi merupakan racun. Mereka tidak berpikir panjang akan munculnya kerusakan dan bahaya apabila mereka memenuhi ajakan dusta itu.

Termasuk yang harus selalu ditekankan dan bersesuaian dengan pengalaman yang ada dalam sejarah kaum muslimin bahwa berpegang teguhnya wanita dengan syariat Allah subhanahu wata’ala, adab-adab, dan akhlak Islam adalah jalan yang paling utama dan perantara yang paling sukses untuk memberikan faedah bagi wanita dalam membangun umat, memperbaikinya dan menguatkan peradabannya.

Di antara buktinya adalah apa yang direalisasikan oleh wanita yang berpegang dengan aturan agama di Kerajaan Saudi Arabia. Mereka mendapatkan keberhasilan di bidang yang memang cocok dengan tabiatnya, yaitu pendidikan untuk anak-anaknya, mengurusi rumah suaminya, mengajari anak-anak perempuan, dan mengobati sesama perempuan. Hijab yang dikenakannya tidaklah mencegahnya dan menjadi penghalang untuk meraih kesuksesan tersebut. Hijab tersebut justru menjadi sebab terjaga dan terpeliharanya dirinya.

Adapun fitnah wanita yang terjadi di masyarakat kaum muslimin, semua itu disebabkan sebagian wanita mereka dari tidak berpegang dengan syariat Islam serta akhlak dan adab wanita yang tercakup di dalamnya.

Saya berdoa untuk kaum muslimin dan muslimah agar mereka berpegang secara sempurna dengan agama Islam dalam seluruh sisinya dan mengambil pelajaran dari akibat yang didapatkan oleh masyarakat yang menganggap biasa budaya tabarruj dan membuka wajah, serta memberikan keleluasaan bagi wanita untuk terjun di lapangan pekerjaan yang tidak cocok bagi dirinya dan tidak sesuai dengan tabiatnya.

Saya doakan pula agar kaum muslimin tidak tertipu dengan propaganda buruk yang disuarakan oleh para penyeru atas nama kebebasan kaum wanita. Saya pun mendoakan para penyeru itu agar mengoreksi diri mereka dan berhati-hati sehingga tidak menjadi sebab menyimpangnya umat, bahkan membantu musuh-musuh mereka untuk menghancurkan umat.

Saya doakan mereka agar mengingat hari perhitungan amalan di hadapan Allah subhanahu wata’ala yang menciptakan mereka. Saya mohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar mencegah kejelekan dan fitnah yang menyesatkan dari kaum muslimin, dan agar Allah subhanahu wata’ala memenangkan agama-Nya, meninggikan kalimat-Nya, dan agar Allah subhanahu wata’ala memberi taufik kepada para pemimpin kaum muslimin untuk berhukum dengan syariat-Nya serta berpegang teguh dengan agama-Nya.

Semoga Allah subhanahu wata’ala memberikan balasan kebaikan kepada pemerintah kita, agar menambahkan petunjuk, iman, dan taufik kepada mereka, dan semoga Allah subhanahu wata’ala menolong agama-Nya dengan mereka.” (Mukadimah kitab al-Mar’ah Baina Takrimil Islam wad Da’awat Tahrir, hlm. 5—11 secara ringkas)

Ada ucapan dan peringatan yang sangat bagus al-Faruq Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah rahimahullah dalam Mushannaf-nya (7:113). Umar radhiyallahu ‘anhu berkata,

إِناَّ قَوْمٌ أَعَزَّنَا اللهُ بِالإِسْلَامِ، فَلَنْ نَبْتَغِيَ الْعِزَّ بِغَيْرِهِ

“Kita adalah orang-orang yang dimuliakan oleh Allah dengan Islam. Karena itu, janganlah kita mencari kemuliaan dengan selainnya.”

Jadi, apabila kaum wanita ingin beroleh kemuliaan, berpeganglah dengan Islam. Jangan menoleh sedikit pun pada seruan-seruan yang menyimpang dari aturan agama kita. Sebab, semua itu akan berakhir dengan kesengsaraan di dunia lebih-lebih lagi di akhirat kelak.

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Ditulis oleh Ustadzah Ummu ‘Ishaq al-Atsariyah

 

[1] Sejenis biawak yang hidup di padang pasir.

[2] Akhirnya, mereka berontak menuntut keadilan dan isu persamaan gender dianggap sebagai solusi problem mereka.